MENULIS WAJAH RINUS - FELIX NESI

lebih baik mati untuk kebebasan atau hidup bebas tetapi merasakan kematian setiap hari
JAWA POS

MENULIS WAJAH RINUS
Oleh: Felix Nesi

Lokalitas nampaknya memang menjadi ciri khas dari karya yang dibawakan oleh Felix Nesi. Laki-laki yang telah menyelesaikan studinya di jurusan psikologi Universitas Merdeka Malang ini sempat memenangkan sayembara DKJT 2018 dengan novelnya yang berjudul “ORANG-ORANG OETIMU.” Dalam karya ini, Felix Nesi ingin menyampaikan keresahannya mengenai ketimpangan sosial yang dialami oleh orang NTT.
Felix Nesi, dalam karya “ORANG-ORANG OETIMU” sedikit menyinggung tentang tentara yang semena-mena tetapi mendambakan pembenaran dari masyarakat. Bukan bentuk olok-olok secara langsung, melainkan melalui para tokohnya. Gagasan yang dibawakan dalam novel tersebut juga sejalan dengan cerpen “MENULIS WAJAH RINUS” yang mana orang-orang yang berhubungan dekat dengan tentara sangat ditakuti oleh masyarakat, bahkan kesalahannya bisa saja dianggap sebagai kebenaran, agar dapat terhindar dari bahaya yang lebih mengancam.
Seperti yang disampaikan pada cerpen “MENULIS WAJAH RINUS” yang telah terbit di Jawa Pos pada 21 Juni 2020 menceritakan tentang kehidupan masyarakat Timor Leste. Tokoh Evi, yang tersinggung karena dilecehkan oleh seorang tokoh bernama Danker, melapor ke saudaranya bernama Rinus. Evi ingin Rinus membalas perlakuan Danker yang telah melecehkannya dan menghina Rinus yang menurut Danker seperti seorang banci.
Dalam cerpen tersebut, Danker dibesarkan oleh seorang tentara dan tinggal di kodim. Ia sudah terkenal buruk di masyarakat, malas bersekolah, dan rajin berkelahi. Siapapun akan takut jika sudah mengantongi pembelaan dari seorang tentara, karena sudah barang tentu akan kalah dan mendapat penghakiman dari masyarakat akibat tindakan yang sembrono dan gegabah. Tetapi tidak dengan tokoh Rinus. Keadilan tetap harus ditegakkan. Korban berhak menyuarakan keadilan, atau diam tertindas dan selamanya membiarkan kejahatan berkuasa. Begitulah ideologi tokoh Rinus yang disampaikan oleh penulis melalui cerpennya. Rinus yang merasa tidak terima, berusaha mencari kawan untuk membantunya dalam memberikan pelajaran kepada Danker.
            Tokoh Rinus yang berusaha mencari kawan untuk menghajar Danker ternyata tidak kunjung mendapatkannya, karena masyarakat benar-benar tidak berani berurusan dengan antek-antek tentara. Hingga tokoh Aku yang diajak oleh Rinus terpaksa harus ikut turun tangan meskipun telah mendapat larangan dari Om Isak, saudara laki-laki dari Ibu tokoh Aku. Di Timor Barat, yang benar-benar mengontrol hidupmu bukanlah ayah atau ibu, melainkan saudara laki-laki dari Ibu. Karena alasan itulah tokoh Aku meminta perizinan terlebih dahulu kepada Om Isak sebelum memutuskan untuk berkelahi. Tetapi secara tidak langsung Om Isak menolak untuk menyetujui tokoh Aku terlibat dalam perkelahian tersebut, karena tidak ingin terkena masalah. Tetapi demi persahabatannya dengan Rinus, tokoh Aku tetap ingin membantu walaupun pada akhirnya mereka berdua mati di tangan Danker dan teman-temannya.

Mengenal Felix Nesi:

Komentar